Selasa, 08 Juli 2014

Macam-Macam Skala Gambar



Sebelumnya kita ketahui terdapat beberapa jenis skala yang dapat digunakan dalam pembuatan desainbangunan
·        1 : 1 pada gambar detail seperti sambungan struktur baja yang memperlihatkan posisi baut dan jarak pemasangan.
·        1 : 2 juga digunakan pada gambar detail bangunan
·        1 : 5
·        1 : 10
·        1 : 15
·        1 : 20 dapat digunakan pada gambar detail pintu dan jendela
·        1 : 30 pada gambar detail pondasi
·        1 : 40 digunakan untuk gambar detail seperti desain septic tank, atau gambar yang menjelaskan bentuk dan ukuran bidang tertentu.
·        1 : 60 pada gambar detail struktur tangga untuk memperlihatkan ukuran anak tangga dan jarak pemasangan besi jika menggunakan konstruksi struktur beton bertulang.
·        1 : 100 untuk pembuatan gambar denah rumah, tampak rumah dan potongan, gambar denah pola lantai dan plafond.
·        1 : 200
·        1 : 500
·        1 : 1000 ditemui pada gambar site plan untuk memperlihatkan sebuah komplek dengan ukuran besar seperti lay out perumahan atau denah gedung bertingkat tinggi dengan luas bangunan cukup besar.
·        dst.
Arti skala gambar diatas jika menggunakan satuan centi meter adalah setiap 1 cm yang tergambar pada gambar bangunan mewakili panjang sebelah kanan, misalnya 1 : 100 maka setiap 1 cm di gambar sama dengan 100 cm ukuran bangunan sebenarnya. sehingga untuk mengetahui ukuran bangunan yang tidak terdapat penjelasan ukuran pada gambar dapat menggunakan skala misalnya sebuah ruang tamu pada gambar mempunyai panjang 3 cm jika skala yang digunakan 1 : 100 maka ukuran ruang tamu sebenarnya adalah 3 cm x 100 cm = 300 cm atau 3 m.
Untuk membuat gambar secara manual dengan kertas gambar dan bolpoin maka perlu dihitung terlebih dahulu setiap ukuran bidang bangunan dengan cara membagi ukuran sebenarnya dengan skala kemudian menuangkanya kedalam gambar bangunan sesuai ukuran hasil perhitungan. sedangkan untuk penggambaran desain rumah dengan bantuan software komputer seperti autocad akan lebih mudah karena proses menggambar bangunan langsung berdasarkan ukuran sebenarnya atau 1 : 1 dan untuk mengatur skala setelah di cetak dapat dilakukan pada saat print out, demikian uraian tentang arti skala gambar bangunan 

Selasa, 01 Juli 2014

Penentuan Trase Jalan




A.    Faktor Topogorafi
            Topografi merupakan dalam menentukan lokasi jalan dan pada umumya mempengaruhi penentuan trase jalan, seperti : landai jalan, jarak pandang, panampang melintang dan lain-lainnya.
            Bukit, lembah, sunai dan danau sering memberikan pembatas terhadap lokasi dan perencanaan trase jalan. Hal demikian perlu dikaitkan pula pada kondisi medan yang direncanakan.
Kondisi medan sangat diperlukan oleh hal-hal sebagai berikut:
-       Tikungan
Jari-jari tikungan dan pelebaran perkerasan sedemikain rupa sehingga terjamin keamanan jalananya kendaraan-kendaraan dan pandangan bebas yang cukup luas.
-       Tanjakan
Adanya tanjakan yang cukup curan dapat merugikan kecepatan kendaraan dan kalau tenaga tariknya tidak cukup, maka berak muatan kendaraan harus dikurangi, yang berarti menguragi kapasitas angkutan dan sangat merugikan.
Karena itu diusahakan supaya tanjakan dibuat landai sesuai dengan peraturan yang berlaku.

Golongan Medan              Lereng melintang
-     Darat (D)                    0 sampai dengan 9,9 %
-     Bukit (B)                     10 sampai dengan 24,9 %
-     Gunung (G)                 lebih besar dari 25%
Sumber : PPGJR No. 13/1970/BM.

B.    Faktor Geologi
Kondisi geologi suatu daerah dapat mempengaruhi pemilihan suatu tresle jalan. Adanya daerah-daerah yang rawan secara geologis seperti; daerah patahan atau daerah bargerak baik vertical maupun horizontal akan merupakan daerah yang tidak baik untuk dibuat suatu trase jalan dan memaksa suatu rencana trase jalan untuk dirubah atau dipindahkan.
Keadaan tahah dasar dapat mempengaruhi lokasi dan bentuk geometrik jalan misalnya; daya dukung tanah dasar dasar yang jarak dan muka air yang tinggi. Kondisi iklim juga dapat mempengaruhi penetapan laokasi dan bentuk geometric jalan.

C.    Faktof Tata Guna Lahan
Tata guna lahan merupakan hal yang paling mendasar dalam perencanaan suatu lokasi jalan, karena ini perlu adanya suatu musyawarah yang berhubungan langsung dengan masyarakat berkait tentang pembebasan tanah sarana trasportasi.
Dengan demikian akan merubah kwalitas kehidupan secara keseluruhan dari suatu daerah dan nilai lahannya yang akan berujud lain.
Akibat bangunya suatu lokasi jalan baru pembebasan lahan ternyata sering menimbulkan permasalahan yang sulit dan controversial. Pada prinsipnya pembebasn tanah untuk suatu lokasi ialah sama seperti pembeli tanah untuk kegiatan ekonomi lainnya, yang akan menggantikan penggunaan selanjutnya.
Maka secara prinsip itu tidak akan lebih sukar dari pada membeli sebidang tanah untuk pembanguna aparteman baru, pabrik dan sebagainya, tapi karena suatu pembangunan akan memerlukan sebidang tanah yang harus panjang rute dimana jalan tadi akan dibangun, oleh karena itu maka tanah yang harus dibeli adalah merupakan tanah-tanah lokasi tertentu saja dn bukan tanah yang berlokasi sembarang.

Hal-hal demikian harus kita pertimbangkan kaitannya dengan hak milik, kepentingan umum dan pemerintah.

D.  Faktor Lingkungan
Dalam beberepa tahun belakangan ini semakin terbukti bahwa banyak kegiatan produksi manusia mempunya pengaruh terhadap lingkungan.
Pengaruh ini harus dipertimbangkan dalam kaitannya dengan kegiatan tersebut secara keseluruhan, salah satu kegiatan produktif dati ialah membangun sarana jalan. Oleh karena itu pembangunan jalan harus mempertimbangkan faktor  andal (Analisis mengenai dampak lingkungan)

Definisi Rekayasa Lalu Lintas





Menurut Homburger & Kell (1981):
Rekayasa lalu lintas adalah sesuatu penanganan yang berkaitan dengan perencanaan, perancangan geometrik dan operasi lalu lintas jalan raya serta jaringannya, terminal, penggunaan lahan serta keterkaitannya dengan mode transportasi lain.

Menurut Blunden (1981):
Rekayasa lalu lintas adalah ilmu yang mempelajari tentang pengukuran lalu lintas dan perjalanan, studi hukum dasar yang terkait dengan arus lalu lintas dan bangkitan, dan penerapan ilmu pengetahuan professional praktis tentang perencanaan, perancangan dan operasi sistem lalu lintas untuk mencapai keselamatan dan pergerakan yang efisien terhadap orang dan barang.

Menurut Jones, et.all (USDoT, 1978):
Manajemen lalu lintas adalah suatu kegiatan yang melakukan koordinasi masing-masing individu kategori pemakai jalan melalui sistem pengoperasian, regulasi dan kebijakan palayanan sehingga dapat mencapai efisiensi dan produktivitas yang maksimum pada keseluruhan sistem.

Dalam operasinya, lalu lintas terdiri atas beberapa komponen utama untuk dapat bermakna sebagai suatu lalu lintas yang disebut dengan istilah sistem lalu lintas. Sistem lalu lintas pada dasarnya terdiri atas tiga komponen utama yaitu: jalan, manusia, dan kendaraan. Bahkan secara lebih luas sistem lalu lintas merupakan bagian dari sistem yang lebih luas yaitu sistem transportasi.

Sasaran secara umum dari traffic engineering adalah penggunaan prinsip- prinsip ilmiah, alat-alat, cara-cara, teknik-teknik, dan penemuan-penemuan untuk mengatur lalu lintas sedemikian sehingga dapat dijamin pergerakan manusia dan barang dengan aman, cepat, leluasa dan nyaman. Untuk mendapatkan hasil yang optimal traffic engineering harus menentukan langkah-langkahnya dalam penggunaan ketentuan-ketentuan di atas berdasarkan landasan-landasan:
  a)     Menentukan obyek yang dilayani
       b)     Menentukan keuntungan yang akan didapat dan konsekuensi yang harus ditanggung masyarakat.
       c)     Menentukan perjanjian-perjanjian/kompromi yang dipakai untuk pemilihan alternatif
       d)     Menentukan alternatif mana saja yang harus dipertimbangkan
     e)    Menentukan perimbangan antara batas pelayanan yang harus dicapai dengan besarnya sumber yang dipakai
    f)   Menentukan perimbangan antara derajat ketelitian hasil dan tingkatan sosial, ekonomi, dan teknologi masyarakat

Untuk pengangkutan diperlukan alat-alat angkutan, dan pergerakan dari alat-alat angkut tersebut secara keseluruhan menimbulkan lalu lintas, jadi dengan kata lain lalu lintas adalah keturunan kedua dari kebutuhan akan angkutan. Pada masyarakat agraris yang masih primitif kebutuhan akan angkutan adalah sangat kecil. Dengan meningkatnya aktivitas masing-masing anggota masyarakat tersebut, sehingga terjadi surplus. Surplus lain. Dengan demikian timbullah apa yang dinamakan market economic society. Dalam masyarakat yang demikian diperlukan tempat pengumpulan hasil produksi dan tempat untuk pemasaran, karenanya diperlukan angkutan. Maka dalam hal tersebut angkutan jalan raya adalah yang paling tepat. Dalam perkembanganya surplus mungkin diperlukan atau harus ditukarkan dengan surplus dari satuan masyarakat yang lebih jauh, sehingga diperlukan angkutan jarak jauh, dalam hal ini, angkutan kereta api atau angkutan air adalah sangat sesuai. Perkembangan teknologi didapat misalnya dengan adanya pertambangan, industri dan lain-lain., yang mengakibatkan timbulnya kebutuhan akan angkutan yang bermacam-macam, sehingga timbul jenis-jenis angkutan pipa, conveyor dan lain-lain.

Perkembangan masyarakat dapat diukur dari income per kapita, yang dapat dinyatakan dalam GNP/jml penduduk. Kebutuhan akan angkutan dapat dinyatakan dalam kendaraan x kilometer. Di dalam suatu masyarakat yang berkembang secara normal, dan di mana distribusi pendapatan juga normal yaitu mengikuti lengkung distribusi Gauss (perkembangan normal adalah perkembangan yang menuruti logistic curve: dx/dt = cx (a – x), dapatlah secara kualitatif dianalisis hubungan antara tingkat kebutuhan angkutan dengan tingkat perkembangan ekonomi yang bersangkutan.